The Lowest Point

I am at my lowest point right now.

Lowest point ini gejalanya sama kayak pms. Bedanya ini lebih menyeramkan I guess.
Setiap orang pasti pernah sedih, pasti pernah kesel, pasti pernah marah dan nggak semuanya bisa di ungkapkan begitu aja.

Gue termasuk yang susah mengungkapkan sisi emosi. Dan ternyata ini awal dari sebuah bencana.





Ketika lo nggak bisa ngungkapin kekecewaan yang lo rasain, lo cuma bisa nelen kekecewaan itu mentah-mentah dan berharap ada orang tau apa yang lo rasain tanpa harus lo ceritakan.

Kecewa sama diri sendiri adalah kekecewaan yang paling maksimal.

Ketika apa yang menurut lo terbaik tetapi ternyata keadaan tidak sesuai apa yang lo pikirkan, kesel? Iya. Marah? Iya.
Sayang, gue nggak bisa mengungkapkan itu semua begitu aja.

Sampai pada akhirnya, kesedihan semakin bertambah dan entah bagaimana cara mencurahkannya.

Gue lebih suka dengerin orang cerita daripada  dituntut untuk bercerita. Nggak semua hal bisa diceritakan dan nggak semua hal harus di show off kesemua orang.

Kalo lagi sedih, menyendiri adalah relaksasi untuk mereparasi segala bentuk perasaan yang nggk bisa di ungkapkan. Bahkan semua kata penyemangat seperti, "Ayo dong senyum lagi", "Ayo jangan sedih" hanya akan bersifat sementara.

Karna pada akhirnya, kebahagiaan itu diciptakan, bukann di cari.

Komentar

  1. Blogwalking:)-------------------------> pammadistro.blogspot.com

    BalasHapus

Posting Komentar