Jadi orang yang susah mengekpresikan perasaan itu ada
tekanan sendiri.
Dan itu yang gue rasain.
Beberapa orang menganggap gue super eskpresif. Iya bener,
gue ekspresif sebagai bentuk ketertarikan dengan hal yang lagi dibahas,
terutama hal yang enyenangkan. Karna menurut gue, menjadi orang yang
menyenangkan akan selalu menenangkan.
Tapi apakah mereka pernah ngeliat gue ketika gue sedih? Never.
Karena.. gimana ya, berbagi sesuatu yang menyedihkan atau
menyakitkan pasti akan mengubah mood orang lain. Tapi ya, gue akuin, sometimes
we need someone to listen our story carefully. But I can’t. I’m not a good in
story telling. Being listener is the best part of the day. That’s enough.
Kadang sifat yang nggak bisa ngutarain rasa desih, sakit
hati dan rasa nggak enakan ini yang jadi belenggu sendiri buat hidup gue.
beberapa orang secara sengaja atau nggak sengaja pernah bikin gue sakit hati,
dan apa yang gue lakukan? Pura-pura nggak denger, ngeles sana sini, atau jadiin
bahan becandaan.
Dalam beberapa hal, ini justru bikin orang lain semena-mena
sama gue. Sayang, gue yang lemah nggak berdaya ini Cuma bisa senyum pahit aja.
Gimana rasanya kalo lo dalam posisi yang sama sekali nggak
nyaman, tapi lo berusaha mati-matian buat bertahan, tapi tapi dan tapi, apa
yang lo lakukan nggak pernah sampe ke pikiran dan hati orang itu.
Kadang hal yang menyenangkan cuma bisa menenangkan lalu
berakhir menyebalkan ketika si orang-nyaman-ini menemukan titik kenyamanan yang
baru.
Random banget, tiba-tiba nulis tentang ini. Kadang lebih
enak nulis daripada harus ngungkapin sama orang lain dan mereka ternyata mendengarkan cuma sekedar
menunaikan kewajiban sebagai teman aja, selanjutnya? That’s your own life, man.
Begitu katanya.
Komentar
Posting Komentar